Malam temaram berlinang bintang, saat itu saya baru saja selesai dari aktivitas tempat bimbingan belajar di daerah Surabaya barat. Seperti biasa, saya sedang duduk – duduk sambil ngobrol ngalor ngidul yang dalam bahasa kerennya kongkow – kongkow bareng teman – teman saya. Sejenak kemudian, seorang teman saya yang bernama Diza mengajak saya pergi ke tempat relasinya untuk membicarakan masalah “bisnis”. Saya mengiyakan karena pada saat itu saya lagi senggang. Setelah perjalanan singkat sekitar 10 menit dari tempat bimbingan belajar, kami sampai di depan rumah 2 lantai berwarna krem dengan pagar berwarna hijau tua. Kami disambut oleh pemilik rumah yang cantik nan anggun ( menurut saya sih..hehe.. ). Selang berbasa basi beberapa saat, kami pun naik ke lantai 2 ke tempat relasi Diza. Disana sudah tampak Tyo yang bertelanjang dada sedang mengobrol santai dengan seseorang, namanya Mbak Sofi.
Setelah berkenalan, Mbak Sofi ternyata mempunyai sebuah “keunikan’ yakni ia bisa meramal. Wow.. interesting.. Mbak Sofi lalu meraih tangan saya sembari menjelaskan apa yang digambarkan oleh garis tangan saya ( keunikan kayak gini biasanya disebut palmistry ). Ia lalu berkata panjang lebar tentang seperti hidup saya, jodoh, pekerjaan, bahkan ia bisa mendeskripsikan karakter saya dengan tepat!. Dan yang lebih gendeng lagi, ia bisa menebak keadaan atau situasi hubungan saya dengan kekasih saya nyaris tanpa celah sedikitpun!. Dan yang membuat saya geleng – geleng kepala, karakter kekasih saya pun bisa ditebaknya hanya dengan melihat fotonya di layar ponsel dengan ketidaktepatan minim.
Saya sangat terkejut.
Yo.. This world is going crazy.. Semula saya yang berasumsi bahwa ramal – meramal is bullshit atau sekadar hiburan pengisi waktu senggang pun mulai sedikit goyah. Apalagi setelah teman saya Diza yang diberi perlakuan sama seperti saya dan tidak memberikan sanggahan sedikitpun. Padahal selama ini peramal di mata saya adalah orang yang lihai membaca situasi dan kondisi dari seseorang berdasarkan data psikologi fisik seseorang tersebut dan memberikan sugesti kuat alih – alih ramalan masa depan. Apalagi kebanyakan peramal menambahi akhir ramalannya biasanya dengan kata “ini cuman ramalan loh!” atau “terserah kamu mau percaya atau tidak” yang semakin menguatkan asumsi saya. Misalnya begini, ada seorang wanita datang ke seorang peramal. Maka yang dilakukan peramal itu adalah melihat fisik wanita tersebut, apakah dia memakai jam tangan, brandet mahal atau tidak, bagaimana raut mukanya, dan lain – lain. Berdasarkan hal tersebut kira – kira dia memiliki masalah apa, kira – kira hal apa yang akan ditanyakannya, ia punya relasi seperti apa. Hal ini digunakan sebagai senjata oleh si peramal.
Bagaimana dengan ramalan masa depan?
Back to the story.. Misalnya si wanita akan bertanya tentang jodoh, maka si peramal memprediksi pergaulan si wanita tersebut di lingkungan seperti apa dan si peramal berkata ‘jodohmu adalah orang bule!”. Ini adalah sugesti. Jika si wanita meyakini apa yang dikatan peramal maka si wanita akan mulai bergaul dengan orang – orang bule saja, membatasi pergaulannya dengan orang pribumi, dan akhirnya menikah dengan orang bule. Then ramalan is work.
Tetapi asumsi hanyalah asumsi.
Dihadapkan dengan kenyataan seperti ini, saya hanya bisa menanggapinya dengan senyum walaupun sebenarnya saya mulai bingung.
Sepulang dari tempat itu, saya merenungkan apa yang dikatakan Mbak Sofi. Sejenak kemudian bapak saya duduk di dekat saya sambil menyeruput secangkir teh panas. Lalu iseng – iseng saya bertanya “menurut bapak, kekasih saya itu orangnya bagaimana?”. Dan keterkejutan saya yang kedua pada hari itu pun terjadi! beliau mendeskripsikan karakter kekasih saya persis sama seperti yang dikatakan oleh Mbak Sofi. Lalu saya bertanya lagi “ kok bisa?”, Beliau mengatakan bahwa di dalam ilmu keguruan ada yang namanya ilmu psikologi pendidikan dan itu menjadi landasan beliau menjawab pertanyaan saya yang pertama tadi.
Saya pun mulai lega.
Setelah beberapa saat ngobrol saya masuk ke kamar saya kemudian tidur.
Yang dapat saya simpulkan dari apa yang saya alami hari itu bahwa hidup itu adalah kejutan. Kejutan- kejutan dalam hidup adalah arti dari hidup dan membuat warna kehidupan lebih berarti. Jika kita menghilangkan kejutan – kejutan tersebut, maka akan menghilangkan arti hidup itu sendiri.
No comments:
Post a Comment